SEKOLAH SIAGA BENCANA DESA SAMBONGBANGI KECAMATAN KRADENAN KABUPATEN GROBOGAN

Desa Sambongbangi, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 54 mdpl. Secara geohidrologi masuk dalam rangkaian pegunungan kapur utara. Edapan kapur mendominasi lapisan pada kedalaman ± 50 meter di bawah permukaan tanah. Hal tersebut menyebabkan potensi bencana kekeringan, pergerakan tanah dan kebakaran sangat besar. Sekolah Siaga Bencana (SSB) merupakan upaya membangun kesiapsiagaan sekolah terhadap bencana dalam rangka menggugah kesadaran seluruh unsur-unsur dalam bidang pendidikan baik individu maupun kolektif di sekolah dan lingkungan sekolah baik itu sebelum, saat maupun setelah bencana terjadi. Upaya mitigasi bencana dengan sasaran siswa sekolah dasar dengan usia 6 – 12 tahun diharapkan dapat menjadi prilaku dan karakter siaga bencana. Impelemntasi sekolah siaga bencana dilakukan dengan cara: 1. Pendampingan Integrasi Kurikulum, 2. Pelatihan guru kelas, 3. Simulasi siswa dan 4. Pembuatan perangkat kesiapsiagaan bencana berupa buku petunjuk dan tanda evakuasi. Hasil P2M menunjukkan bahwa: 1. Keberdayaan masyarakat (Guru dan Siswa Sekolah Dasar Desa Sambongbangi Kecamatan Karadenan Kabupaten Grobogan masih perlu ditingkatkan, 2. Kemampuan integrasi kurikulum pengurangan resiko bencana; utamanya kebakaran, tanah longsor dan gempa  masih perlu ditingkatkan, dan 3. Metode simulasi cocok digunakan dalam integrasi kurikulum Pengurangan Resiko Bencana (PRB)

Kegatan Pendampingan Itegrasi Kurikulum dan Pelatihan Guru Kelas  diikuti oleh 25 guru di SDN 1 dan SDN 3 Desa Sambongbangi Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan.  Hadir sebagai peserta peninjau Kepala Sekolah SDN 2 dan SDN 4 Sambongbangi. Sebagai upaya pelibatan pemangku kepentingan di lingkungan mitra, hadir juga Korwilcam Bidang Pendidikan dan  Pengawas TK/SD Dinas Pendidikan Kecamatan Kradenan. Pendampinga dan pelatihan menggunakan Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana, Bahan Pengayaan Bagi Guru SD/MI yang dikembangan oleh Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional bekerja sama dengan BAPPENAS, SC-DRR dan UNDP Indonesia.  Bahan Pengayaan terdiri atas 5 (lima) Modul, yaitu Modul Pengurangan Resiko Kebakaran, Gempa Bumi, Tsunami, Banjir, Tanah longsor dan Banjir.

Hasil pendampingan dan pelatihan menunjukan guru kelas masih kesulitan dalam mengintegrasikan PRB dalam kurikulum kelas.  Hal ini ditunjukkan dengan masih kurangnya penggunaan lingkungan belajar sebagai bahan dan atau media penanaman karakter pengurangan resiko kebencanaan.  Kebiasaan menggunakan buku baku dalam kurikulum yang bersifat adminstratif menyulitkan masuknya unsur baru dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan luar kelas yang rutin dilakukan sekolah, seperti tanam-siram dan bersih-sampah memiliki potensi sebagai media penanaman karakter PRB pada siswa.Dibutuhkan waktu dan pembiasaan bagi guru untuk menggunakan lingkungan dan kegiatan sekolah sebagai bagian tak terpisahakan dalam upaya integrasi kurikulum PRB SSB. Kegiatan simulasi melibatkan seluruh siswa SDN 1 dan SDN 3 Sambongbangi.  Dengan mempertimbangakan potensi bencana di wilayah Kecamatan kradenan, simulasi fokus pada PRB Kebakaran dan Gempa Bumi.  Siswa dikenalkan sumber dan prilaku siap bencana secara langsung dengan strategi pembelajaran demonstrasi dan simulasi.

Strategi demosntrasi dan simulasi bertujuan untuk mengajak siswa mlakukan sendiri langkah pencegahan dan penanganan bencana.  Demonstrasi pencegahan dan pengurangan resiko bencana difokuskan pada peningkatan keterampilan siswa daam menghadapi kebakaran dan gempa bumi.  Disimulasikan keadaan baju siswa terbakar dengan melakukan tindakan yang benar yaitu menjatuhkan dan menggulingkan diri ditanah serta siswa yang lain menolong memadamkan.  Penanganan luka bakar secara mandiri dengan menyyiram dengan air mengalir juga diajarkan pada siswa  untuk mencegah tindakan salah yang sudah terlanjur menjadi kebiasaan masyarakat seperti mengoleskan pasta gigi, madu dan atau minyak goreng.  Siswa secara bergantian berpasangan melatih pengurangan resikokebakaran selama pendampingan simulasi dan demonstrasi oleh guru kelas masing-masing.

Pengurangan resiko bencana gempa bumi disiulasikan dengan menghafal gerak dan lagu SIAGA GEMPA.  Siswa diminta melakukan gerakan sesuai dengan syair lagu yang dinyanyikan. Lagu dengan lirik sederhana dan mudah dihafal bertujuan untuk menanamkan kemapuan siaga bencana sebagai bagian ingatan panjang yang sewaktu-waktu bisa dibangkitkan sesuai kebutuhan. Dengan mengulang gerak dan lagu yang diajarkan siswa diharapkan dapat melakukan gerakan secara reflek jika terjadi bencana gempa bumi.  Mengingat gempa bumi tidak pernah bisa diperediksi dengan pasti kapan akan terjadi. Syair lagu SIAGA GEMPA adalah sebagai berikut:

“Kalau ada gempa lindungi kepala

Kalau ada gempa jauh dari kaca

Kalau ada gempa sembunyi bawah meja

Kalau sudah reda lari ke tempat terbuka”

Siswa diajarkan untuk melindungi kepala dan menjahui kaca saat terjadi gempa untuk menghindari cidera.  Dalam keadaan tidak bisa menyelamtkan diri keluar ruang, siswa dilatih untuk mencari tempat berlindung paling aman dalam ruangan.      Siswa juga dilatih untuk tidak panik dan keluar ruangan dengan tertib menuju titik kumpul yang sudah disediakan.

Selama proses demnstrasi dan simulasi terlihat siswa antusias dan dapat mengikuti instruksi dengan baik.  Setelah selesai sesi siswa secara mandiri dan berkelompok masih menyenandungkan lagu SIAGA GEMPA. Siswa mamish membicarakan tindakan benar dan salah dalam menagani luka bakar yang sering kali mereka alami.  Hal baik dalam menumbuhkan karakter siaga bencana ini masih terus perlu ditingkatkan dengan secara periodik melakukan latihan dan simulasi siaga bencana baik dalam kegiatan inta maupun ekstra kurikuler.