Sedikit tentang BEHAVIORISM
Teori Tingkah Laku –Thorndike
Belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan tingkah laku akibat interaksi stimulus dan respon bisa berwujud sesuatu (konkret/dapat diamati) atau yang tidak berwujud (non konkret/tidak teramati).
Thorndike tidak memberi penjelasan bagaimana mengukur tingkah laku yang non konkret, padahal pengukuran merupakan satu hal yang menjadi obsesi penganut aliran tingkah laku. Meskipun demikian, teori tingkah laku Thorndike tetap menjadi inspirasi pakar lain sesudahnya.
Teori tingkah laku Thorndike dikenal juga sebagai aliran Koneksionis (Connectionism)
Teori Tingkah Laku – Watson
Watson berpendapat bahwa hasil interaksi stimulus dan respon harus berupa tingkah laku yang dapat diamati (observeble). Dalam hal ini perubahan mental yang mungkin terjadi dalam proses belajar dianggap sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Pendapat ini didasarkan pada pemahaman bahwa faktor perubahan mental tidak dapat menunjukkan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.
Meskipun diakui bahwa semua aspek perubahan penting untuk dapat diamati, teori tingkah laku Watson lebih memilih untuk tidak memperhatikan hal-hal yang tidak dapat diukur.
Teori tingkah laku Watson dikenal juga sebagai aliran Tingkah Laku (Behaviorism)
Teori Tingkah Laku – Clark Hull
Clark Hull sangat terpengeruh oleh teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles darwin. Teori tingkah laku Hull berasumsi bahwa semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup. Dalam hal ini kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi utama. Stimulus hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, meskipun respon dimungkinkan bermacam-macam bentuknya.
Secara praktis teori ini tidak banyak digunakan secara praktis, tapi sering digunakan dalam berbagai eksperimen laboratorium.
Teori Tingkah Laku – Edwin Guthrie
Poin penting dalam teori Edwin Guthrie adalah bahwa stimulus tidak harus berbentuk kebutuhan biologis. Hubungan stimulus dan respon cenderung bersifat sementara sehingga perlu pengulangan (sering) agar sifatnya menjadi permanen (langgeng). Respon yang lebih kuat jika berhubungan dengan banyak stimulus.
Guthrie juga meyakini bahwa “hukuman” yang diberikan pada saat yang “tepat: dapat merubah kebiasaan seseorang. Faktor hukuman pada akhirnya tidak lagi dominan dalam teori tingkah laku setelah ide tentang reinforcement dipopulerkan oleh Skinner.
Teori Tingkah Laku – Skinner
Pada dasarnya respon yang diberikan mahasiswa dalam belajar tidaklah sesederhana seperti dalam teori Hull dan Guthrie. Setiap stimulus yang diberikan akan berinteraksi satu sama lain, yang akhirnya mempengaruhi timbulnya respon. Respon yang dihasilkan dari interaksi berbagai stimulus juga menghasilkan berbagai kon sekuensi, yang selanjutnya berpengaruh pada tingkah laku.
Menurut Skinner, perubahan mental untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan membuat kerumitan tersendiri, sebab “alat” yang digunakan untuk menjelaskan tersebut juga membutuhkan penjelasan tersendiri.
Teori Skinner berkembang dalam konsep stimulus, respon dengan faktor penguatan (reinforcement).
Meskipun memiliki pandangan yang berbeda Clark Hull, Edwin Guthrie dan Skinner dianggap sebagai penggagas aliran Neo Behaviorist.
Catatan Tambahan
Teori tingkah laku menjadi tidak populer karena dianggap tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks. Banyak hal dalam “proses belajar” yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan sekedar akibat hubungan stimulus dan respon.
Seringkali teori tingkah laku tidak dapat menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon. Teori belajar tingkah laku dianggap cenderung mengarahkan mahasiswa berfikir linier, konvergen dan tidak kreatif.
Hukuman dalam pembentukan tingkah laku (teori Guthrie) tidak populer karena pengaruhnya yang bersifat sementara, berdampak buruk secara psikologis dan “terhukum” akan mencari pembenaran dengan segala cara untuk menghindari hukuman.
Skinner lebih suka menyebut hukuman dengan penguatan negatif. Bedanya hukuman diberikan (sebagai stimulus) agar timbul respon yang (diharapkan) positif, tapi penguatan negatif lebih pada memberikan pengurangan stimulus agar respon yang sama menjadi lebih kuat. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positip. Keduanya bertujuan memperkuat respon. Namun bila penguatan positip harus “ditambah” maka penguatan negatif harus “dikurangi” agar meningkatkan respon.