Ketrampilan Mengajar dalam Multimedia
Komunikasi dalam Pembelajaran
Media merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti perantara.Secara umum, media dimaknai sebagai segala “sesuatu” yang berfungsi sebagai perantara dua pihak atau dua hal. Dalam proses komunikasi, media hanya satu dari empat komponen yang harus ada, yaitu sumber informasi, informasi, penerima informasi dan media itu sendiri. Jika salah satu saja dari empat komponen ini tidak ada, maka proses komunikasi tidak akan berjalan.
Media pembelajaran dapat dimaknai sebagai “segala sesuatu” yang mengantarkan pesan pembelajaran dari pemberi dan penerima pesan.Dalam proses instruksional, media diartikan sebagai “teknologi” pembawa pesan (informasi) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran atau merupakan “sarana fisik” untuk menyampaikan isi/pesan pembelajaran.
Secara khusus dapat dikatakan bahwa, media adalah setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat mengalami perubahan prilaku/sikap yang relatif permanent karena pengalaman,pengetahuan dan ketrampilanyang diterimanya.
Gambar 1. Proses Komunikasi dalam Pembelajaran
Seperti ditunjukkan Gambar 1 di atas, proses komunikasi pembelajaran dengan empat komponen yang telah disebut didepan tidak dapat dilepaskan dari satu komponen lagi yaitu “metode pembelajaran”. Metode pembelajaran adalah prosedur yangsengaja dirancang untuk menjamin tercapainya tujuan pembelajaran, terutama keberhasil peserta didik dalam mencapi komptensi yang diharapkan.
Metode Pembelajaran
Keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran tidak dapat lepas dari cara menyampaikan pesan/informasi pembelajaran merupakan.Cara atau metode menyampaikan pesan pembelajaran disebut metode pembelajaran.Rancangan cara penyampaian pesan pembelajaran sendiri disebut strategi pembelajaran. Bila metode bersifat teknis, maka strategi pembelajaran lebih bersifat konseptual.Sementara cakupan teoritis yang melatar belakangi strategi dan metode pembelajaran disebut sebagai pendekatan.Pendekatan pembelajaran yang umum di kenal adalah: 1. Berorientasi/berpusat pada guru/pendidik dan 2. Berorientasi/berpusat pada peserta didik.Gambar 2. Hirarki terminologi proses pembelajaran
Gambar 2. Hirarki terminologi proses pembelajaran
Penguasaan metode pembelajaran merupakan hal mutlak bagi guru/pendidik.Sebagaimana amanat Undang-undang No.20 tahun 2003 tantang SISDIKNAS, pasal 40: ayat 2a, bahwa: pendidik memiliki kewajiban untuk menciptakan “suasana pendidikan” yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.
Suasana pendidikan dapat dimaknai sebagai proses komunikasi pembelajaran yang tentu saja secara imbal balik melibatkan sumber dan penerima informasi. Untuk menjamin suasana pendidikan seperti yang diamanatkan oleh UU SISDIKNAS diatas, multak diperlukan ragam dan sumber media pembelajaran yang secara bersama-sama digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran.Berbagai jenis media yang digunakan “bersama” dalam proses pembelajaran selanjutnya di sebut sebagai MULTIMEDIA.
Multimedia Pembelajaran
Perkembangan teknologi pendidikan mendorong berkembangnya media yang digunakan dalam menyampaikan pesan pembelajaran.Pendekatan pembelajaran yang berorientasi/berpusat pada siswa menyebabkan kebutuhan informasi pembelajaran semakin besar. Segala macam bentuk pesan baik berupa teks, grafis dan atau suara secara sinergi duganakan dalam komunikasi pembelajaran dengan bentuk multimedia.
Penggunaan ragam media ini memiliki makna penting karena, menurut Edgar Dale, Profesor Pendidikan Ohio State Univesity, media sangat berpengaruh pada “keterterimaan” ilmu (baca: materi) oleh peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Gambar 3. Piramida Dale
Tidak kurang dari 2400 tahun yang lalu, Confucius menyatakan bahwa: apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingatdan apa yang saya lakukan, saya paham. Terlihat disini bahwa pemilihan media mempengaruhi ketercapaian tujuan pembelajaran. Berdasar pada piramida pengalaman Dale, media dan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi penguasaan materi. Semakin aktif peserta didik dalam proses pembelajaran, semakin baik penguasaan siswa terhadap materi. Penggunakan multimedia (interaktif) dimana pengguna langsung melakukan, diyakini dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap informasi pembelajaran yang diterimanya. Kemandirian peserta didik menjadi sangat penting, sementara guru/pendidik lebih berfungsi sebagai fasilitator.
Sementara itu untuk pembelajaran aktif, Mel Silberman: seorang psikolog di Temple University, yang lebih dikenal sebagai pelopor pembelajaran aktif, menyatakan bahwa apa yang ia sebut paham belajar aktif sebagai berikut: apa yang saya dengar saya lupa; apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit; apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan, saya mulai paham; apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan; dan apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya.
Pembeda jelas proses pembelajaran aktif Mel Silberman dan proses belajar yang dikemukakan Confucius adalah bahwa penguasaan (mastering) diperoleh setelah pengetahuan yang dimiliki ”diajarkan” pada orang lain. Adalah manusiawi bahwa setiap individu dapat berkomunikasi, tapi persoalannya menjadi sedikit berbeda saat yang harus dikomunikasikan adalah pesan/informasi pembelajaran, atau boleh dikatakan bahwa tidak semua orang merasa bisa mentransformasikan pengetahuan dalam proses pembelajaran. Diskusi berikut adalah, apakah multimedia interaktif, seperti yang dibahas sebelumnya, mampu menggantikan proses pembelajaran yang dicirikan dengan interaksi pembawa informasi (guru/pendidik) dan penerima informasi (peserta didik). Sementara itu, sebagian orang merasa tidak memiliki ketrampilan untuk mengajarkan kembali pengetahuan, padahal itu merupakan ciri tertinggi dalam capaian kompetensi.
Ketrampilan Mengajar
Keterampilan dasar mengajar tersebut meliputi delapan keterampilan yang dapat digunakan “guru” selama “proses belajar mengajar” yaitu keterampilan; 1. membuka dan menutup pelajaran, 2. menjelaskan, 3. bertanya (dasar dan lanjut), 4. memberikan penguatan, 5. mengadakan variasi, 6. membimbing diskusi kelompok kecil, 7. mengelola kelas, 8. mengajar kelompok kecil dan perseorangan. Ke-delapan ketrampilan mengajar tersebut merupakan ketrampilan yang utuh dan terintegrasi dalam komunikasi pembelajaran.
Masing-masing secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Membuka dan menutup pelajaran: Kegiatan membuka dan menutup pelajaran tidak hanya dilakukan pada awal/akhir pelajaran saja melainkan juga pada awal/akhir setiap penggal kegiatan, misalnya, pada saat memulai/mengakhiri kegiatan tanya jawab, mengenalkan konsep baru, menindaklanjuti pekerjaan rumah yang telah dikerjakan siswa, memulai/mengakhiri kegiatan diskusi, mengawali/mengakhiri pengerjaan tugas, dan lain-lainnya.
- Menjelaskan: Pengertian menjelaskan dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran mengacu kepada perbuatan mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana dan sistematis sehingga dalam penyajiannya siswa dengan mudah dapat memahaminya.
- Bertanya: Pada hakikatnya melalui bertanya akan diketahui dan didapatkan informasi tentang apa saja yang ingin diketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, serta antara siswa ini menunjukkan adanya interaksi dikelas yang dinamis dan multi arah.
- Memberikan penguatan: Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu.
- Mengadakan variasi: Variasi mengandung makna perbedaan. Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan fasilitator/dosen, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian peserta didik selama pelajaran berlangsung.
- Membimbing diskusi kelompok kecil: diskusi merupakan metode pembelajaran yang menekankan interaksi antar peserta didik. Metode ini mendorong siswa untuk bisa menjelaskan kembali pada teman sebaya (tataran tertinggi kompetnsi) dan memiliki keberanian aktualisasi diri dalam interaksi sosial.
- Mengelola kelas: Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan hubungan-hubungan inter personal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif.
- Mengajar kelompok kecil dan perseorangan: berfungsi baik dalam pembelajaran remidiasi dan pengayaan. Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan bentuk mengajar klasikal biasa yang memungkinkan fasilitator/dosen dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil yang belajar secara kelompok dan beberapa orang siswa yang bekerja atau belajar secara perorangan.
Ketrampilan dasar yang dipaparkan di atas jelas memperihatkan pola interaksi social yang terjadi (secara langsung) dalam komunikasi pembelajaran (guru dan siswa). Peranyaannya adalah: Bisakah interaksi social yang tercakup dalam delapan ketrampilan dasar mengajar dapat digantikan menggunakan multimedia intraktif??
Tidak dipungkiri bahwa tidak semua pendidik (yang memiliki delapan kemampuan dasar mengajar) memilki kemampuan pengembangan media pembelajaran. Sebaliknya individu yang memiliki kemampuan melakukan pengembangan media tidak secara teknis mampu mengimplementasikan kemampuan dasar megajar. Dibutuhkan sepesialis materi, spesialis desain instruksional dan spesialis pengembangan media untuk menghasilkan mekanisme komunikasi pembelajaran yang optimal. Akan lebih baik bila ketiga kemampuan ini dimiliki oleh satu orang (guru), kalaupun tidak maka merancang interaksi sosial dalam proses pembelajarn harus dilakukan bersama agar tujuan pembelajaran dapat dengan mudah dicapai oleh peserta didik.
Interaksi sosial dalam multimedia pembelajaran
Sejauh ini, multimedia pembelajaran hanya difungsikan untuk mentrasformasikan pengetahuan (kognitif) saja.Multimedia tak ubahnya hanya berupa kumpulan sumber belajar yang dirancang agar peserta didik secara “aktif” mentransformasikan pengetahuan yang ada di dalamnya secara mandiri.Intaraksi sosial dalam bentuk proses pembelajaran jarang dikemas dalam multimedia pembelajaran, kalaupun ada, hanya melekat secara normatif tanpa rencana.
Interaktifitas multimedia (terutama yang berbasis komputer) lebih menekankan interaksi yang melibatkan fisik dan mental pengguna mulai dari yang sederhana (menekan keyboard atau klik mouse) sampai interaksi komplek dalam bentuk simulasi (entering values). Interaktifitas yang muncul lebih pada penguatan pemahaman materi dengan langkah (urutan) yang disukai (termasuk privasi) peserta didik hingga memungkinkan pengulangan tanpa batasan waktu dan tempat.
Interaksi sosial yang mampu membangkitkan kampuan motorik dan afektif masih perlu dikembangkan dalam multimedia pembelajaran. “Sentuhan” virtual perlu dikemas dalam satu proses komunikasi pembelajaran yang terintegrasi. Era kebangkitan web 2.0 memungkinkan itu semua dapat terjadi, walaupun hanya sebatas acungan jempol, sentuhan virtual dalam multimedia pembelajaran harus mulai dilakukan.
Sumber Bacaan
Arisadi, 2009, Multimedia dalam Dunia Pendidikan, http://ariasdimultimedia.wordpress.com/ 2009/03/16/multimedia-dalam-dunia-pendidikan/ (diakses 15 Nopember 2010)
Aristo Hadi Sutopo, 2003, Multimedia Interaktif dengan Flash, Graha Ilmu
Leslie Rae, 2005, Memaksimalkan Potensi Alat Bantu dalam Pendidikan dan Latihan, alih bahasa: Nur Basuki Rachmanto, Bhuana Ilmu Populer
Mel Silberman, 1999, 101 Ways to Makes Training Active, 2nd Edition, Pffeiffer
Sri Antiah, 2009, Media Pembelajaran, Buku Ajar Program Setrtifikasi Guru
Sugiyanto, 2008, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Modul Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru
Tim PEKERTI, 2008, Materi Pelatihan PEKERTI-AA, Lembaga Pengembangan Pendidikan UNS
Budi Legowo
Pusat Pengembangan Teknologi Informasi untuk Pembelajaran
Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret