Sponge Bob

Pertama saya coba di Workshop Desain Instruksional untuk e-Learning di MIPA

Paradigma konstriktivisme menganjurkan pendidik untuk tidak senantiasa mengganggap peserta didik sebagai gelas kosong.  Mengoptimalkan pengalaman lebih baik dibandingkan senantiasa “memberi” yang barangkali peserta didik sudah “memiliki”

Siapkan malam pet (plastisin) dan dua batang korek api.  Bagikan pada semua peserta workshop.  Instruksikan untuk membuat bentuk dengan benda yang sudah dibagikan (boleh merubah bentuk plastisin -biasanya kotak–dan boleh memotong koreknya) dalam waktu lima detik (kalau kasihan ya 10 detik–tapi nggak seru).

Ada yang protes, ada yang diam mengerjakan, ada yang diam tidak protes tidak mengerjakan, ada yang macam-macam reaksinya (tanggapi secukupnya dengan “kehangatan”)

Perserta yang antusias akan menyelesaikan bentuk yang mereka konstruk dari pengalaman yang dimiliki (ada yang jadi televisi, ada yang jadi kambing-katanya-, ada yang jadi gedung, ada yang jadi SPONGE  BOB)

“Tahu SPONGE BOB khan?? peserta yang dapat plastisin warna kuning langsung memotong korek masing-masing menjadi tiga bagian, ujung korek dijadikan mata, dua potongan lain masing-masing jadi tangan dan kaki”   BAGUS…….Beri APLAUS……

Ingat jangan pernah menganggap seseorang tidak pernah tahu sama sekali.  Mereka telah pernah melihat sesuatu itu…tapi dengan cara yang berbeda dengan kita

Variasi dicobakan dalam pelatihan Pekerti dosen non UNS, maret 2008

Bentuk meja yang diatur berkelompok (6 orang) memudahkan permainan ini.  Lanjutkan main plastisin diatas dengan terlebih dulu meminta peserta untuk membuang batang korek apinya.  Lalu minta peserta untuk membuat bentuk sembarang (b e b a s…..) jangan lama-lama 9waktu HABIS!!!).  Lalu minta tiap dua peserta (kanan kiri terdekat) untuk menggabungkan bentuk masing-masing menjadi satu benda.. minta komentar untuk dua atau tiga bentuk yang lucu–aneh (beri komentar secukupnya, dengan “kehangatan”).  Lanjutkan dengan meminta peserta menggabungkan dua bentuk (dari dua orang) menjadi satu bentuk (dari empat orang), bila masih cukup waktu gabungkan untuk satu kelompok (dalam satu meja yang sama).  Jagan lupa memberi tepukan dan kehangatan untuk kmentar yang diberikan.

Perhatikan:

“Tim yang baik bukan lah gabungan keinginan yang disatukan. Tim yang baik harus didasari pengertian dan komunikasi yang baik, tujuan (bentuk) yang baik hanya dapat di capai bila visi dan misi telah ditetapk dengan komunikasi efektif”